Selasa siang itu ada undangan workshop, tapi seorang teman dosen mengajak ke Gedung Soetardjo nonton Dahlan Iskan. Undangan bertemu Dahlan Iskan mungkin ada di loker, tapi belum sempat lihat, jadi tanpa undangan datanglah saya ke Soetardjo. Masih jam 13.00 sedangkan undangan jam 13.30. Gedung sudah penuh dengan mahasiswa, semua kursi terisi kecuali dua baris sofa dibagian depan. Ibu di resepsionis mempersilakan saya duduk di sofa baris kedua, baris pertama untuk pimpinan dan Undangan khusus. Ini satu keuntungan saya berambut putih, disegani dan dianggap dosen beneran. Walau tanpa surat undangan dapat sofa VIP.
Bersama Pak Rektor, Pak Dahlan duduk di sofa di podium, acara bincang-bincang ini dipandu langsung oleh Rektor saya Pak Hasan. Lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersama-sama. Semua berdiri tegak, tapi Pak Dahlan, tidak hanya berdiri tegak, juga menyilangkan tangan kanannya ke dada.
Sambutan oleh Pak Hasan cukup singkat, nampaknya Pak Rektor tahu kebiasaan Pak Dahlan yang tidak suka bertele-tele. Mahasiswa bersorak-sorak dan bertepuk tangan setiap ada momen yang tepat, tanpa di komando.
Tari petik Kopi oleh delapan mahasiswi Unej rancak ditampilkan. Tari kreasi ini memadukan gerak tari kuntulan yang khas dari daerah pedalungan, dengan dinamika tari malangan-suroboyoan dan eksotika gerakan gandrung banyuwangi. Mudah-mudahan Pak Dahlan senang.
Ketika hujan turun dengan derasnya semua sudah duduk manis dan aman di dalam gedung. Suara hujan menghantam atap gedung Soetardjo dengan hebatnya. Kekacauan yang ditimbulkan Pak Dahlan menyelamatkan banyak orang dari hujan dan ketidaknyamanan.
Walau kursi saya ga jadi VIP saya malah senang, dosen-dosen lain juga nampak tertawa-tawa. Juga Pak Rektor yang memang murah senyum. Teman sebelah saya walau seperti nggrundel “wah…. kacau ….. kacau…..” tapi tetap dengan meringis tersenyum setengah tertawa. kekacauan yang bisa diterima oleh semua, karena memberikan kenyamanan. Daripada birokrasi kaku yang menyengsarakan sebagian orang dan membuat kami yang duduk di VIP pun tidak nyaman bila ada sebagian anak-anak kami, mahasiswa terpaksa kehujanan diluar.